Minggu, 13 September 2015

Bekal Hidup

There are something that money just cannot buy, like manners, morals, and intelligence.

Terkadang manusia (termasuk saya sendiri) terlalu mengagungkan yang namanya materi.
Kita menilai dari apa yang seseorang kenakan, kendaraan apa yang digunakan, atau di lingkungan tempat tinggal. Pertemanan juga terkadang diseleksi melalui kemampuan ekonominya.

Pernah suatu hari, saya ke tempat pijat langganan yang tukang pijatnya ibu-ibu separuh baya semua. Saat itu tubuh sedang capai-capainya ingin dipijat. Pucuk dicinta ulam tiba, ada si ibu tukang pijat favorit saya (sebut saja Mbok Ana). Pas saya bilang, "Saya mau pijat Bu". Dia menjawab dengan nada setengah tertahan, "maaf Non, saya lagi ada masalah dengan pelanggan, jadi selama masalah ini belum kelar, saya ga terima dulu (mijit maksudnya)". Saya melihat raut mukanya yang agak tegang. "Oh gapapa, Bu" dengan sedikit kebingungan. Dan akhirnyapun saya dipijat oleh mbok lainnya. 

Selama dipijat, karena berada di ruangan yang sama, sedikit banyak saya mendengar apa yang terjadi sehingga membuat Mbok Ana kesal. Jadi ceritanya, ada seorang ibu yang tadinya dipijat menuduh Mbok Ana telah mencuri cincinnya. Bahkan seluruh tubuh Mbok Anak diperiksa olehnya. Pada awalnya Mbok Ana masih bersabar mengatakan untuk mencari perlahan-lahan, tetapi si Ibu merasa yakin bahwa cincinnya telah dicuri. Cerita punya cerita, katanya si Ibu mengancam akan membawa polisi ke tempat pijat untuk menyelesaikan masalah ini. Mbo Ana bilang kepadanya bahwa dia akan disini menunggu Polisi datang. Hingga saya selesai pijat, masalah ini belum juga selesai.

Beberapa kali saya dipijit oleh Mbok Ana ini, pijitannya enak dan dia tahu kapan saatnya ngobrol dan kapan diam. Sedikit banyak, saya juga dapat menilai orangnya. Saya yakin beliau tidak mengambil yang bukan miliknya. Hanya satu omongan Mbok Ana yang masih saya ingat, dia bercerita bahwa saat itu dia marah, dan mengingatkan si Ibu untuk tidak memandang rendah orang lain, "Ibu jangan sombong ya, jika Tuhan berkehendak, dalam satu menit seluruh harta kekayaan ibu bisa lenyap" dalam hal ini dia mengacu kepada musibah yang dapat terjadi kepada siapa saja. Dari ceritanya, dia melihat apa yang terjadi pada saat kerusuhan Mei 98, ketika apa yang dimiliki si kaya, lenyap seketika.

Saya tertegun mendengarnya. Hal itu benar adanya. Apa yang kita miliki saat ini, juga dapat lenyap seketika. Amit-amit. Dulu ketika membahas apa yang dapat saya bekali untuk anak-anak saya. Sering kepikiran adalah materi, segala hal yang berhubungan dengan materi. Warisan entah rumah, usaha, asuransi atau apapun.

Ternyata ada hal lain yang harus kita bekali juga untuk anak-anak kita. Intelegensi, Moral, Prilaku yang baik juga bekal dalam hal Spiritual. Beberapa hal ini yang (mungkin) sering dilupakan oleh orang tua masa kini. Demi mencukupi kebutuhan materiil, kita terlalu sibuk, dan melupakan quality time untuk anak-anak,  menyerahkan tanggung jawab mendidik pada sekolah dan pengasuh, segala sesuatu serba instant - Kita lupa memupuk moral, prilaku baik dan intelegensi yang sesungguhnya yang dapat menjadi bekal hidup di masa akan datang..

Jika kita memiliki moral, prilaku dan intelegensi yang baik, saya rasa kita akan bertahan hidup dimana saja. Yang pastinya kita akan memutar otak untuk mencukupi kebutuhan hidup dengan intelegensi. Dengan moral, kita akan hidup dengan harga diri yang baik, dan tentunya dengan prilaku yang baik bukan tidak mungkin kita dapat menjalin pertemanan. Mengembangkan spiritual, kita akan mendapatkan jawaban atas segala pertanyaan, kejadian dalam hidup ini. Ini masih merupakan pe-er untuk saya sendiri. hehe....

Sungguh disayangkan terkadang jika kita melihat orang-orang yang merasa lebih seperti si Ibu merasa dapat semena-mena memperlakukan orang lain sedemikian rupa. Tidak dipungkiri, kadang diskriminasi suku dan ras masih sering terjadi. Dalam hal ini, saya belajar, menyelami dan mencoba memahami prilaku manusia.

Tulisan ini merupakan reminder bagi diri sendiri agar tidak berprilaku demikian.Jika ada yang merasakan hal yang sama, semoga bersama-sama kita dapat membekali kehidupan kita dan anak-anak dengan lebih baik.