Istilah me time baru saya kenal sejak saya menjadi seorang ibu. Sebelumnya ketika menonton acara The Nanny versi USA ataupun UK, saya sedikit sinikal. Sebutuh itukah seorang ibu terhadap me time ini? Hehehe. Ternyata me time bisa berpengaruh dalam hidup seorang FTM (full time mom) seperti saya.
Dengan menjadi Ibu (dalam hal ini sebagai FTM), banyak hal yang berubah secara otomatis tanpa wanti-wanti terlebih dahulu. Bener loh...Menurut Sarah Napthali dalam bukunya Buddhisme untuk Para Ibu, " Para ibu dari anak-anak yang masih kecil menjalani kehidupannya seorang diri. Dalam kehidupan kita sebelum menjadi seorang ibu, baik ketika bekerja atau menuntut ilmu, kita mungkin memiliki suatu komunitas orang di sekitar kita, termasuk juga teman-teman di sekeliling kita yang selalu siap untuk diajak berbagi kesedihan atau bercanda mengenai kesulitan kita. Tetapi saat telah menjadi ibu, teman lama dan keluarga kita bisa jadi tidak memahami kita, mungkin karena belum memiliki anak atau mungkin tantangan yang dihadapi berbeda."
Ketika berkumpul bersama sahabat lama saya yang juga memiliki anak (saya membawa kedua anak saya dan teman saya juga membawa anaknya) , bisa disimpulkan bahwa tidak ada waktu bagi kami untuk bisa benar-benar berbicara dan benar-benar mendengar. Ada saja gangguan dari anak-anak kami, anak saya yang manjat-manjat, si bungsu yang minta gendong, atau anak teman saya yang sedang excited menjatuhkan barang. Haha. Padahal dulu ketika sama-sama belum memiliki anak, segala bentuk curcol bisa diobrolin dengan santai or bahkan bisa hang out bareng. Peran Ibu memaksa para wanita untuk memasuki gaya hidup yang baru. :p
Jika mengingat kembali masa lalu saya dan peran Mama dalam hidup saya, kusadari bahwa mamaku seorang yang luar biasa. Dengan memiliki 3 anak yang jaraknya cukup berdekatan, seingatku Mama tidak pernah menuntut me time. Saat kami masih kecil Papa sering bekerja keluar kota, alhasil Mama yang mengurus kami semua. Rasanya tidak pernah Mama mendapat hari bebas untuk ke salon atau shopping sendiri atau bersama teman-temannya saja. Kami tiga bersaudara selalu bergelayutan di tangannya, tanpa asisten rumah tangga. Masih teringat dalam benakku, saat berbelanja kami bertiga diboyong serta walaupun naik kendaraan umum. Mama memangku adik kedua dan saya memangku adik bungsu. Saat di toko pun saya masih ingat saya dan adik-adik sering menggerutu karena capek berjalan dan berdiri.
Sejak kami mulai bersekolah, Mama yang bangun paling pagi untuk menyiapkan sarapan dan segala sesuatunya. Pada malam haripun, mungkin Mama yang tidur paling larut setelah yakin anak-anaknya tertidur lelap atau mungkin Papa?hehehe. Saya yakin itu berlangsung hingga Adik terkecil saya lulus SMA. Saat ini anak sulung saya juga mulai bersekolah. Seiring hari saya memcoba mempersiapkan fisik dan batin saya untuk bisa seperti Mama. Mama tidak pernah mengeluh pada kami. Kepada Papa? ga tau jg yah...Mama sedang me time? saya tidak ingat bahwa hal itu pernah ada. Seakan-akan totalitas hidupnya adalah untuk keluarga.
Saya masih jauhhhhhhh dibawah Mama. Seringkali di saat-saat drop dimana anak-anak mulai cranky, emosi memuncak didalam hati, rasa lelah yang luar biasa (mungkin saya terlalu lebay), rasa jenuh karena berkutat pada hal yang sama membuat diri saya menjadi buruk dengan sendirinya. Suami menjadi tempat curahan hati dan membiarkan saya menikmati me time. Banyak hal yang bisa kita lakukan kalau 'me time"; ke salon memanjakan diri, shopping, nonton film, atau hang out dengan teman. Berhasilkah pada diriku? Untuk sesaat iya, tapi bukan untuk jangka panjang. Yang ada malah menghabiskan uang yang tidak sedikit karena saya termasuk impulse buyer dan impulse eater. Haha. Me time seperti itu menurut saya hanyalah tombol refresh untuk diri saya, selanjutnya? Hidup mungkin akan berputar dalam lingkaran yang sama lagi.
Life must go on.
Saat ini "Me time" yang sering saya lakukan adalah membaca, mencoba mengamati pikiran dan baru-baru ini mencoba menyalurkannya lewat blog ini. Menulis seperti ini menjadi saat-saat me time yang saya nikmati. Ketika anak-anak tertidur, yang berjalan hanyalah pemikiran saya dan jemari diatas tombol keyboard.
Menjalankan peran seorang ibu memang gampang-gampang susah. Ada yang bilang "Being a Mother is a endless and unpaid job". Bisa jadi benar. Saya pernah membaca quote: "Once you became a mother, you'll always be a mother." Keterikatan emosi kita terhadap anak kita mungkin yang membuat kita susah untuk lepas dari peran ini. (Cari gara-gara sendiri donk?) hahaha. I'd made my self clear. Menjadi seorang ibu adalah berkah, mengajarkan saya akan arti cinta tak bersyarat. Walau hari-hari yang dilalui tak selalu mulus, tapi bisa menjadi indah. Tergantung bagaimana saya mau menanggapinya. Secara positif atau negatif. Bagaimana dengan moms yang lain? :)
4 komentar:
Keep on writing.
Setuju. Its a blessing kalau bisa menikmati anak kita tumbuh berkembang jadi anak baik,sehat dan pintar.
bagus den :) mana tulisan lainnya?
Patrisia Trisnawati : Indeed
Daisy Widiya : Thanks ci. Tulisan yang lain lagi nunggu inspirasi nampol ci... :)
Posting Komentar