Sudahkah saya berbuat baik hari ini? Jawabannya hingga pukul 10 lewat 12 menit ini... Belum. Yang ada hanya rutinitas sehari-hari dan pikiran yang berjalan-jalan. Sudahkah saya berbuat baik akhir-akhir ini? Mikir lagi.... berpikir keras..... Yah, sepertinya ada. Tuluskah?....emmmmm....mikir lagi. Kata pemuka agama dan ajaran guru, kalau mau berbuat baik harus tulus. Bisakah saya tulus dalam berbuat baik?
Saya pernah memberikan tumpangan ke seorang tante (mungkin usia 60an) karena saya kasihan melihat dia berjalan dengan tongkat. Dalam mobil dia berkata bahwa sebenarnya dia masih bisa bekerja gosok dan menyapu. Saya hanya diam dan menyelipkan sedikit uang kepadanya ketika dia hendak turun. Pikir saya kasihan. Saat itu - tulus. Mungkin hanya sekali ini berjumpa dengannya.
Sejak Richard sekolah pagi, saya sering belanja sekitar sekolahnya dan ternyata tante ini sering ada di pasar itu juga setelah beribadah pagi. Kala itu, saya memberikan sedikit bantuan, saya pikir kasihan, seorang diri tidak menikah, berjalan begitu jauh. Saya antarkan juga sampai di rumahnya. Masih tulus ingin membantu.
Hingga suatu ketika ketika saya sedang menunggu antrian tukang jamu di pasar, tante menghampiri saya. Saya tawarkan untuk minum jamu, tante menjawab "ga mau jamu, mau goban aja" - kala itu saya sedang membuka dompet untuk membayar jamu, dan memang ada uang lima puluh ribu terselip di dompet saya. Saya sempat terkejut saat tante berkata demikian, dalam diam saya tarik lembaran itu dan memberikan kepadanya. Dan tante itu pun berlalu. Tukang jamu sampai tertawa dan nyeletuk " ga mau jamu, mau goban saja yah Ci..". Tuluskah saya saat itu? mulai mikir.....
Hari berganti hari, sering kami berpas-pasan di pasar, saat minum jamu, tante datang menghampiri, atau ketika berbelanja tante menunggu dalam diam. Saat masih ada uang sisa belanja, saya berikan, tapi ketulusan telah memudar. Minggu lalu, kaca mobil saya sempat diketuk, saya tidak berkata apa-apa dan hanya pamit mau pulang. Dia hanya tersenyum. Kemarin tante ini yang menghampiri saya, dan menunggu dalam diam. Menyadari diri saya tidak lagi tulus dalam memberi, saya mengurangi jumlah yang saya berikan. Berharap agar tante tidak lagi seperti ini.Tukang sayur langganan nyeletuk, "Dah jadi kebiasaan atuh Ci..."
Berapapun yang saya beri, bahkan ketika saya juga tidak memberi, tante tetap tersenyum. Ada sedikit perasaan bersalah ketika saya naik mobil, dan membiarkannya berjalan. Tetapi ada perasaan yang mengganjal ketika setiap ke pasar dan bertemu dan disapa olehnya, rasanya sapaan itu penuh makna. Membuat saya dag-dig-dug. Hahaha.
Dalam hati saya ingin membantu, tapi ketika membuat diri seseorang
menjadi 'greedy' saya rasa itu bukan hal yang baik. Atau saya yang sudah
tidak tulus - hingga mencari celah sisi negatif dari tante? Maafkan
saya Tante.
Hingga hari ini saya belum berani mengatakan isi hati. Haruskan saya berterus terang agar tante tidak lagi berharap seperti ini? Menghindari bukan hal yang baik. Saya menyadari yang muncul malah perasaan buruk akan diri sendiri. Tidak seharusnya begitu kan ketika kita ingin berbuat baik? Harusnya perasaan ringan yang muncul, harusnya perasaan baik yang muncul.
Dua kali saya menyadari, niat baik saya ternyata berakhir tidak tulus. Bermaksud menjadi membantu ternyata malah berakhir tidak baik. Mengamati pikiran sendiri ternyata begitu bias. Menulis akan hal ini, adalah bentuk instropeksi diri. Memberikan bantuan jangan perhitungan, kalo sudah perhitungan lebih baik jangan memberi dulu, karena tidak tulus. Hahaha.... Makin ngaco nih....
_________________________________________________________________________________
Sedikit sharing dari teman, dalam Buddhisme, ada istilah pelimpahan jasa, jadi ketika saat kita berbuat baik, kita bisa melimpahkannya kepada orang-orang yang kita cintai. Caranya? ketika saat kita melakukan satu perbuatan baik, kita bayangkan secercah sinar putih masuk ke dalam tubuh orang yang kita sayangi sembari berdoa di dalam hati. Terbukti berhasil atau tidak? mungkin sama halnya dengan kita mendoakan orang yang kita sayangi. Apapun yang terjadi tidak terlepas dari karma masing-masing.
"terlepas apakah hal tersebut disengaja atau tidak disengaja, sekecil apapun juga keburukan yang dilakukan akan menghasilkan keburukan. Sekecil apapun juga kebaikan yang dilakukan akan menghasilkan kebaikan. Ini hukum alam yang tidak terbantahkan.", dikutip dari buku Enjoy dalam Dharma (semalam bersama lama Dharmavarja), Heru Suherman Lim dan Kelvin Islan, 2010.